Di sebuah toko
perhiasan, seorang pembeli dan penjual sedang terlibat tawar menawar sebuah
kalung mutiara yang cukup indah, dan kelihatannya termasuk salah satu koleksi
unggulan dari toko tersebut. Setelah tawar menawar beberapa saat, si pembeli akhirnya
memutuskan untuk keluar dari toko itu, karena dianggapnya harga barang tersebut
mahal.
Selang
beberapa menit kemudian, ada pembeli lain yang masuk, dan kemudian mengamati
kalung mutiara yang tadi. Dia kemudian mencoba sejenak di lehernya, dan setelah
dirasa cocok, tanpa tawar menawar langsung dibayarnya barang tersebut dan keluar.
Apa yang menarik
dari kedua kejadian tadi ?
Barang
yang sama, tapi dipersepsikan berbeda oleh dua orang.
Tentu,
yang membedakan persepsi keduanya adalah uang yang dimiliki
oleh
masing-masing orang. Semakin banyak uang yang anda miliki, tentu
semakin
murah harga barang tersebut dimata anda.
Saya tertarik
untuk membahas justru dari sisi orang pertama. Apa yang kira-kira dilakukan oleh
orang tadi setelah gagal menawar barang tersebut ? Bila dia memang serius ingin
membeli barang tersebut, mungkin dia akan mulai
masuk
ke toko-toko lain, mencari-cari yang lebih murah. Bila setelah `berjuang'
keliling kota dan
tidak juga menemukan barang yang harganya sesuai dengan isi kantongnya, mungkin
dia mencoba mencari di tempat lain, atau mungkin juga mengurungkan niat untuk
membelinya.
Fokus dari orang
pertama ini adalah lebih kepada jumlah uang yang dia miliki, dibanding dengan
nilai dari barang tersebut bagi dirinya. Jika merujuk kepada teori RichDad-nya
Kiyosaki, dikatakan disana bahwa orang rata-rata melihat dari seberapa besar
pendapatannya, lalu menekan pengeluarannya, sedang orang sukses melihat dari
sisi pengeluarannya, lalu meningkatkan pendapatannya. Dalam lingkup kehidupan,
bukankah sebagian besar dari kita juga memiliki sikap seperti orang pertama itu
?
Saat kita
menghadapi masalah, kita selalu mengeluh mengapa kita yang `kecil' ini mendapat
masalah seberat itu. James Gwee dalam Ultimate Power Motivation seminarnya mengatakan,
bahwa yang menjadi pokok persoalan bukan
besar kecilnya masalah, tapi besar kecilnya value anda. Begitu value anda
ditingkatkan, maka masalah tersebut akan menjadi kecil di mata anda. Bukankah
anda saat ini sudah sangat mahir makan dengan sendok dan garpu, suatu hal yang menjadi
masalah besar saat anda berusia dua tahun ? Sayangnya, di
dunia di mana kita tinggal ini, tidak semua orang mau berusaha untuk
meningkatkan value di dalam diri mereka. Daripada berusaha capek-capek
meningkatkan value, mereka lebih memilih
untuk
`menetapkan standard' mereka sendiri terhadap dunia ini.
Sebagai
contoh, ada dari mereka yang mungkin berkata ,"Karena
kemampuan
bahasa Inggris saya jelek, saya jadi tidak tertarik membaca
buku
bahasa Inggris. Kalau ada terjemahannya, mungkin saya mau baca".
Standard
bahasa Inggris mereka sudah dipatok di nilai tertentu, dan
daripada
meningkatkan value standardnya, mereka lebih memilih buku
terjemahan
yang `lebih sesuai' dengan standard mereka. Di sisi lain,
ada
juga mereka yang berusaha `meningkatkan value' standard mereka
dengan
memaksa diri membaca buku bahasa Inggris sambil membuka-buka
kamus.
Tidak ada yang
salah dengan pilihan anda, apakah mau mematok standard atau meningkatkan
standard value anda. Ini semua hanyalah pilihan anda pribadi dalam hidup. Hanya
saja, apabila anda mematok standard anda di satu titik tertentu, jangan
mengeluh terhadap kerasnya kehidupan dan masalah yang datang kepada anda.
Ingat, bukan besar kecilnya masalah yang menjadi pokok dalam kehidupan ini,
tapi besar kecilnya value anda. Dan ada satu prinsip yang luar biasa yang dikatakan
oleh Andrie Wongso tentang hal ini, "kalau
anda keras terhadap diri anda, maka kehidupan akan lunak kepada anda. Sebaliknya
apabila anda lunak kepada diri anda, maka kehidupan akan keras kepada anda".
Jadi, lakukan pilihan yang terbaik, dan dapatkan hasilnya.
(Compiled by Zidna
Humaam Kurnia)